COMPARISON LENGTH OF ANALGESIA HYPERBARIC
BUPIVACAINE + MIDAZOLAM INTRATHECAL WITH HYPERBARIC BUPIVACAINE + NaCl INTRATHECAL
IN PATIENTS UNDERGOINGSURGERY WITH SPINAL ANESTHESIA
Yuyun
Puspitarini, Erwin Kresnoadi, Lina Nurbaiti
Faculty of Medicine, Mataram University
Corespondent
author: [email protected]
Abstract
Background: Pain is
physiological effects that occur at each postoperative. Bupivacaine drug
delivery 12.5 mg of 0.5% hyperbaric by intrathecal spinal anesthesia can be
used to improve the multi-modal analgesia on postoperative patients.
Objective: This
study aims to determine the effectiveness the addition of nidazolam to
bupivacaine hyperbaric intrathecal in prolonging the duration of patient
operative analgesia
Methods: The study
used analytic describtive using a source of secondary data on forty eight
patients were misclassified into 2 groups: treatment group (A) given
Bupivacaine 0.5% 12.5 mg of intrathecal hyperbaric added Midazolam 1 mg and the
control group (B) 0.5% hyperbaric bupivacaine intrathecal 12,5mg extra NaCl
0.9% 1 cc. Then compered the first block of the motor, the level of analgesia,
early sensory block, the maximum level thoracic old motor block, and side
effects that appear in the control and treatment groups.
Results: The
results of this study get the duration of effect analgesia in group treatment
is longer (223,83�3,40 minutes) than in control group (120,46�2,86)
Conclusions: The
addition of 1mg of intrathecal midazolam to bupivacaine 0.5% 12.5 mg hyperbaric
prolongs
the duration of analgesia time in patients surgery with spinal anesthesia (223,83�3,40
minutes) vs (120,46�2,86).
Keywords: Midazolam, bupivacaine, intrathecal,
duration of analgesia, hyperbaric.
Perbandingan Lama Analgesia Bupivakain Hiperbarik + Intratekal
dengan Bupivakain Hiperbarik Intratekal + NaCl pada Pasien Pasca Operasi.
Yuyun
Puspitarini, Erwin Kresnoadi, Lina Nurbaiti
Faculty of Medicine, Mataram University
Corespondent author:
[email protected]
Abstrak
Latar Belakang : Nyeri merupakan efek fisiologis yang dapat
terjadi pada setiap pasien pasca operasi. Pemberian obat Bupivakain 0,5% 12,5
mg hiperbarik secara intratekal� pada anestesi spinal dapat dijadikan
multi modal untuk meningkatkan efek analgesia pada pasien pasca operasi.
Tujuan :� Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penambahan midazolam untuk bupivakain intratekal hiperbarik dalam memperpanjang durasi analgesia pada pasien operasi.
Metode : Penelitian menggunakan
analitik deskriptif dengan mengambil sumber dari data skunder pada empat puluh
delapan pasien yang terkelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan
(A) yang diberikan Bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik intratekal ditambahkan
Midazolam 1 mg dan kelompok control (B) Bupivakain 0,5% 12,5mg hiperbarik
intratekal ditambahn NaCl 0,9% 1 cc. Kemudian dibandingkan mula blok sensorik,
level maksimal torakal, lama blok motorik, dan efek samping yang muncul pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Hasil� : Pada
penelitian ini menunjukan terdapat peningkatan efek dari lama analgesia pada
kelompok
�perlakuan lebih lama (223,83�3,40) dari pada
kelompok kontrol (120,46�2,86).�
Kesimpulan : Penambahan midazolam 1mg
intratekal pada� bupivakain 0,5 % 12,5 mg
hiperbarik dapat memberikan lama analgesia yang lebih lama pada pasien yang menjalani
operasi dengan anestesi spinal (223,83�3,40 minutes) dibandingkan (120,46�2,86)
Kata Kunci : Midazolam,bupivakain, intratekal, lama analgesia, hiperbarik.
Pendahuluan
Nyeri merupakan salah satu� dari efek
tindakan operasi yang selalu terjadi. Cara yang banyak digunakan untuk
menanggulangi nyeri akut dan nyeri kronis yaitu dengan menggunakan multi modal
analgesia yang merupakan suatu step
ladder dari obat anti nyeri yang digunakan berdasarkan tingkatan nyerinya.1
Penanganan nyeri pasca bedah dengan upaya mencegah stimulus noksius dan
jalur nosisepsi pada susunan saraf pusat (SSP) akibat yang ditimbulkan oleh
pembedahan.2 �Berbagai teknik
anestesi telah dikembangkan secara meluas untuk penggunaan anastesi regional
pada prosedur pembedahan saat ini.
�Anestesi spinal adalah analgesia regional
dengan menghambat sel saraf didalam ruang subaraknoid oleh obat anestetik
lokal. Menurut Ciani dan kawan-kawan teknik ini sangat terkenal karna dianggap
sederhana dan efektif, aman terhadap sistem saraf, dan konsentrasi obat dalam
plasma yang tidak berbahaya.3Teknik anastesi regional yang paling
sering digunakan adalah anastesi spinal. Anastesi spinal termasuk teknik yang
mudah dilakukan untuk mendapatkan� kedalaman dan kecepatan blokade saraf.3
Selain memiliki keuntungan dapat mempertahankan kesadaran pasien, efek
sistemik juga relatif kecil, dan secara ekonomi juga lebih terjangkau.4
Teknik anestesi
regional dan lokal yang ideal sangat penting untuk mendapatkan hasil yang aman
dan memuaskan.5 Penggunaan anestesi spinal semakin banyak digunakan
karena memiliki nula kerja cepat, anestesi dan blokade motorik kuat, dan
penggunaan jarum yang lebih kecil.4 Anestesi spinal disebut juga SAB
(Sub-Arachnoid Block) merupakan suatu
tindakan memasukkan obat anestesi lokal dalam jumlah tertentu kedalam ruangan
subaraknoid untuk menghasilkan blok saraf sehingga menyebabkan hilangnya
aktivitas sensoris, motoris, dan otonom yang bersifat tidak menetap.
Penyuntikan obat anestesi lokal biasanya dilakukan di daerah lumbal pada
tingkat L3 � L4 atau L4 � L5,
biasanya dilakukan dengan posisi duduk ataupun miring.6
Anestesi spinal
menghasilkan blokade saraf yang bersifat reversible
pada radiks anterior dan posterior, ganglion posterior, dan sebagian medulla
spinalis yang akan menyebabkan hilangnya otonom, sensorik, dan motorik.4 Salah
satu obat anestesi lokal yang biasa digunakan adalah bupivakain. Bupivakain
merupakan obat anestesi lokal golongan amida dengan rumus kimianya 2-piperidine
karbonamida, 1 butyl (2,6- dimethilfenil) monoklorida. Struktur ini mirip
dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin dan butyl piperidin.
Bupivakain merupakan obat anestesi lokal yang mempunyai masa kerja yang
panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih besar dari pada motorik.
Durasi kerja bupivakaindapat bertahan selama 90-120 menit. Oleh karena lama
kerja yang panjang, maka sangat mungkin menggunakan obat anestesi lokal ini
dengan teknik satu kali suntikan.
Bupivakain menjadi
pilihan karena mula kerja dan masa pulih anestesi yang cepat, relative mudah,
dan kualitas blokade sensorik dan motorik yang baik.7 Komplikasi
sistemik yang terjadi karena penekanan simpatis tetap menjadi sebuah resiko
tersendiri, sehingga dosis obatnya harus diturunkan. Untuk mengoptimalkan
penggunaannya sebagai anestesi dan untuk mengurangi efek sampingnya, obat ini
biasanya dikombinasikan dengan obat lain. 8
Beberapa macam obat
dapat digunakan sebagai tambahan (adjuvant)
sebagai obat anestesi lokal untuk meningkatkan efek analgesia bupivakain,
contohnya obat golongan benzodiazepin seperti midazolam. Dalam penelitian ini
obat yang dipilih sebagai adjuvant untuk
meningkatkan efek analgesik dari bupivakain adalah midazolam.
Midazolam merupakan
derivat dari benzodiazepine yang larut dalam air. Midazolam juga merupakan obat
yang sering digunakan untuk mendapatkan efek sedasi pra operasi dan memiliki
efek hypnosis, ansiolitik, dan amnesia. Sejak awal tahun 1980 midazolam telah
digunakan untuk tindakan melalui rute intratekal.9 Pemberian
midazolam intratekal memberikan efek anti nyeri dan memperlama efek dari
anestesi lokal.10 Pada penelitian yang dilakukan oleh Saswata dan
Dinesh telah terbukti peranannya saat dilakukan pemberian 5 mg midazolam secara
intratekal dapat meningkatkan durasi analgesia pasca operasi.9
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas penambahan midazolam 1 mg intratekal
untuk memperpanjang lama analgesia bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik pada
pasien operasi, Mengetahui lama
analgesia pasien yang mendapatkan bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah midazolam
1 mg intratekal sebagai adjuvant,
mengetahui lama analgesia pasien
yang mendapatkan bupivakain 0,5% 12,5
mg hiperbarik ditambah NaCl 0,9% 1cc intratekal, dan membandingkan lama analgesia penderita yang mendapatkan
bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah midazolam 1 mg intratekal dengan
yang mendapatkan bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah NaCl 0,9% 1cc
intratekal pada pasien pasca operasi. Dari hal diatas rumusan masalah
yang diambil pada penelitian ini yaitu Apakah terdapat perbedaan lama analgesia
setelah pemberian bupivakaian 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah midazolam 1 mg intratekal dengan bupivakaian 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah NaCl 0,9% 1cc intratekal pada
pasien pasca operasi ?
Metode
Penelitian
Penelitian ini bersifat
analitik deskriptif.
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil
dari data rekam medik pasien di Rumah Sakit Bhayangkara. Data
yang di ambil berupa tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik
(TDD), tekanan arteri rerata (TAR), laju nafas, dan laju jantung sebelum
operasi. Selain itu, dilakukan penilaian terhadap tekanan darah sistolik (TDS),
tekanan darah diastolik (D), tekanan arteri rerata (TAR), laju nafas, dan laju
jantung selama operasi.
Data yang diambil dari
data skunder akan dibandingkan mula blok sensorik, level maksimal blok torakal,
lama analgesia, mula blok motorik, lama blok motorik,serta
efek samping yang terjadi pada kedua kelompok. Pada uji statistik untuk data
nominal yang meliputi variabel tingkat pendidikan, jenis kelamin, status fisik,
dan jenis operasi dengan menggunakan Uji Mann
Whitney, sedangkan untuk data numerik yang meliputi umur, tinggi badan,
berat badan,� tekanan darah sistolik,
tekanan darah diastolik, tekanan arteri rerata, laju jantung, dan laju nafas
dengan menggunakan uji Independent
T-test.
Populasi penelitian adalah pasien yang akan menjalani
proses operasi/pembedahan dengan menggunakan spinal
anastesi di Rumah Sakit Bhayangkara. Penelitian ini berlangsung
selama 8 minggu di Instalasi Bedah Sentral di RS Bhayangkara. Pengambilan �sampel
dilakukan dengan cara quota sampling.
Kriteria inklusi penelitian meliputi : 1) Pasien yang menjalani tindakan
operasi elektif dengan anestesi spinal, 2) Status fisik ASA I-II, 3) Umur
pasien antara 18-65 tahun, 4) Berat badan 50-70 kg, 5) Tinggi badan 150- 175
cm, 6) Lama operasi kurang dari 2 jam, 7) Menyetujui informed consent.
Besar sampel yang
diperlukan menggunakan rumus tingkat kesalahan, sehingga
didapatkan besar sampel pada penelitian ini sebesar 48 pasien yang dibagi dalam
dua kelompok yaitu kelompok perlakuan 24 pasien dan kelompok kontrol 24 pasien.
Kelompok perlakuan yaitu pasien yang mendapatkan bupivakain 0,5% 12,5 mg� hiperbarik ditambah Midazolam 1 mg
intratekal, sedangkan kelompok kontrol yaitu pasien yang mendapatkan bupivakain
0,5% 12,5 mg� hiperbarik ditambah NaCl
0,9% 1 cc intratekal.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram di dapatkan hasil distribusi
karakteristik pasien antara kedua kelompok yang meliputi, pendidikan, jenis
kelamin, Status fisik (ASA I/ASA II), jenis operasi, umur, tinggi badan, berat
badan, TDS, TDD, laju nafas, dan laju jantung yang akan dijabarkan pada tabel
4.1. Pada tabel 4.2 akan dijabarkan hasil uji perbandingan mula blok sensorik,
level maksimal blok torakal, lama analgesia, mula blok motorik, lama blok
motorik, dan distribusi efek samping antara antara kedua kelompok. Pada tabel
4.3. akan dijabarkan distribusi dari efek samping yang muncul antara kedua
kelompok.
Tabel 4.1. Karakteristik pasien dalam
distribusi antar kedua kelompok
Variabel |
Kelompok Kontrol (n=24) |
Kelompok Perlakuan (n=24) |
p |
Pendidikan (%) |
|
|
0,451* |
a. SD |
3 ( 12,5) |
4 (16,66) |
|
b. SMP |
9 (37,5) |
5 (20,83) |
|
c. SMA |
11 (24,83) |
14 (58,33) |
|
d. Sarjana |
1 ( 41,6) |
1 (41,66) |
|
Jenis Kelamin
(%) |
|
|
|
a. Pria |
13 (54,16) |
12 (50) |
0,775* |
b. Wanita |
11 (45,83) |
12 (50) |
|
Status Fisik/ASA(%) |
|
|
|
a. ASA
I |
20 (83,33) |
20 (8,33) |
1,000* |
b. ASA
II |
4 (16,66) |
4 ( 16,66) |
|
Jenis Operasi
(%) |
|
|
|
a. SC |
3 (12,5) |
4 (16,67) |
0,406* |
b. Litotripsi |
4 (16,67) |
3 (12,5) |
|
c. TURP |
5 (20,83) |
1(4,17) |
|
d. Herniotomi |
1 (4,17) |
3 (12,5) |
|
e. APP |
3 (12,5) |
2 (8,33) |
|
c. Histerektomi |
3 (12,5) |
3 (12,5) |
|
d. Kistektomi |
3 (12,5) |
3 (12,5) |
|
e. Hemoroid |
2 (8,33) |
3 (12,5) |
|
f. Hidrokel |
0 |
2 (8,3) |
|
Umur |
33,54�9,316 |
28,25�9,373 |
0,056** |
Tinggi Badan (cm) |
158,83�2,884 |
160,04�5,295 |
0,331** |
Berat Badan (kg) |
60,42�5,397 |
60,13�3,455 |
0,825** |
TDS (mmHg) |
128,08�5,421 |
129,29�3,677 |
0,371** |
TDD (mmHg) |
84,46�3,413 |
82,88�3,530 |
0,121** |
TAR (mmHg) |
98,38�2,901 |
98,38�3,173 |
1,000** |
Laju Jantung (x/menit) |
88,21�5,030 |
85,83�3,017 |
0,53** |
Laju Nafas (x/menit) |
16,79�0,833 |
17,21�0.884 |
0,100** |
Hasil uji statistik pada� Tabel 4.1 menunjukan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok (p>0,05),
sehingga
kedua kelompok dapat dibandingkan dengan uji statistik.
Tabel 4.2.Uji Perbandingan mula blok
sensorik, level maksimal blok torakal, lama analgesia, mula blok motorik, dan
lama blok motorik antara kedua kelompok
Variabel |
Kelompok kontrol (n=24) |
Kelompok perlakuan (n=24) |
P |
Mula blok sensorik |
6,50�0,56��� menit |
4,31�0,24�� ���menit |
0,000* |
Level maksimal torakal |
8,17�0,48�����
(T8)���� |
7,08�0,77�������
(T7)���� |
0,000* |
Lama analgesia |
120,46�2,86
menit |
223,83�3,40� menit |
0,000* |
Mula blok motorik |
8,12�0,62���� menit |
5,95�0,44����� menit |
0,000* |
Lama blok motorik |
117,94�2,42
menit |
215,00�20,55
menit |
0,000* |
Hasil uji statistik pada tabel 4.2. menunjukan
mula blok sensorik pada kelompok perlakuan (4,31�0,24) lebih cepat dibandingkan
dengan kelompok kontrol (6,50�0,56), pada ketinggian level maksimal (T) blok
subaraknoid pada kelompok perlakuan (7,08�0,77) lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol (8,17�0,48), pada lama analgesia menunjukan kelompok
perlakuan (223,83�3,40) lebih lama dibandingkan kelompok kontrol (120,46�2,86),
mula motorik juga menunjukan kelompok perlakuan (5,95�0,44) lebih lama
dibandingkan dengan kelompok kontrol (8,12�0,62), dan juga pada lama blok
motorik menunjukan kelompok perlakuan (215,00�20,55) lebih lama dibandingkan
dengan kelompok kontrol (117,94�2,42).
Pembahasan
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa mula kerja blok sensorik pada kelompok perlakuan (4,31�0,24)
lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol (6,50�0,56). Hal ini� sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anirban dkk (2013), yang membandingkan lama blok sensorik pada kelompok
bupivakain 0,5% hiperbarik 12,5 mg ditambah midazolam 2 mg menunjukan (135
menit) lebih lama dibandingkan kelompok yang mendapatkan bupivakain 0,5%
intratekal 12,5 mg hiperbarik ditambahkan NaCl 0,9% 0,4 ml (90 menit).
Midazolam memiliki inhibitor utama pada transmitter sistem saraf pusat yang
memiliki efek meningkatkan inhibisi GABA dimana hal ini dapat menghambat
mekanisme modulasi nyeri.
Pada Tabel 4.2 lama
kerja blok motorik pada kelompok perlakuan (215,00�20,55) lebih lama
dibandingkan dengan kelompok kontrol (117,94�2,42). Hal ini sesuai dengan
penelian yang dilakukan oleh Anirban dkk., (2013), yang menunjukan pemakaian
bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah midazolam 2 mg intratekal
menunjukan lama blok motorik (255 menit) lebih lama dibandingkan pada kelompok
yang diberikan bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah� NaCl 0,9% 0,4 mL intrtekal (195 menit).
Pada penelitian ini
didapatkan lama analgesia pada kelompok perlakuan (223,83�3,40) lebih lama
dibandingkan dengan kelompok kontrol (120,46�2,85). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Shadangi dkk.,�
(2011), yang membandingkan kelompok bupivakain 0,5% 15 mg hiperbarik
ditambah midazolam 2 mg intratekal dengan kelompok yang hanya diberikan
bupivakain 0,5% 15 mg intratekal. Pada penelitian tersebut, penambahan midazolam
menunjukkan lama analgesia mencapai (221,1 menit) sedangkan kelompok yang tidak
mendapatkan penambahan midazolam hanya memiliki efek analgesia (121,3 menit).
Pemanjangan lama
analgesia pada penambahan midazolam dikarenakan midazolam memiliki inhibitor
pada sistem saraf pusat yang meningkatkan efek inhibisi GABA dengan berikatan
pada reseptor GABAa. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Shirish dkk., (2001), yang membandingkan antara kelompok bupivakaian 0,5% 15mg
hiperbarik ditambah� normal saline 0,5 ml
dan kelompok bupivakain 0,5% 15 mg ditambah 2,5 mg midazolam intratekal. Hasil
dari penelitian tersebut adalah lama analgesia kelompok bupivakain ditambah
midazolam (299,25 � 15,75) lebih lama dibandingkan dengan kelompok bupivakain
ditambah normal saline (76,30 � 6,05).
Dari
penelitian ini didapatkan efek samping pada kelompok kontrol berupa mual
(12,5%), hipotensi (12,5%), dan tidak memiliki efek samping (75%).� Sedangkan pada kelompok perlakuan tidak
terdapat efek samping (100%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nanjegowda dkk., (2011), pada pasien yang menjalani artroskopi lutut
dimana didapatkan lama analgesia pada kelompok bupivakain 0,5% hiperbarik 10 mg
intratekal ditambahkan midazolam 2 mg intratekal menunjukan durasi analgesia
lebih lama (399 menit) daripada kelompok bupvakain 0,5% hiperbarik 10 mg
intratekal yang ditambahkan dengan normal saline 0,9% 0,4 ml (301,6 menit) dan
juga didapatkan skor nyeri yang lebih rendah pada kelompok yang mendapatkan tambahan
adjuvant midazolam. Pada penelitian tersebut tidak terdapat efek samping yang
muncul pada pasien perlakuan baik berupa mula, muntah, hipotensi, dan mengigil.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Morgan (2002) bahwa
midazolam tidak memberikan efek samping terhadap tekanan darah karena tidak
menimbulkan penekanan pada otot jantung sehingga tidak mempengaruhi penurunan
tekanan perifer.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pada
penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan lama analgesia pada bupivakain
0,5% 12,5mg hiperbarik ditambah midazolam 1mg mampu memperpanjang lama
analgesia daripada pemberian bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik ditambah Nacl
0,9% 1cc.
Saran
1. Perlunya
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bupivakain dan midazolam yang
berbeda
2. Perlu
penambahan sampel dan dilakuka cara pengambilan sampel yang berbeda pada
penelitian selanjutnya
Daftar Pustaka
1 �Ruddi
Hartono, Wiwi Jaya, Djudjuk Rahmad Basuki, Pengaruh Pemberian Fentanyl
1μg/Kgbb Sebagai Ajuvan pada Bupivacaine 0,5% Terhadap Onset Blok Motorik
dan Sensorik Pasien yang Dilakukan Anestesi
Epidural. Vol. 5, No.1, pp. 23,2013
2 Muh. Rumli ahmad, Tatang Basri, Apakah Epidural
Preemtif Menghambat Stres Pembedahan dengan Sempurna?.
Vol. 45, No. 3, pp. 148. 2013
3 �Ciani SP., Rossi M., Casati A., Cocco C., Farelling Spinal areas Thesia:
an evergen technique, Acta Bromed, 9-7.2008
4 �Morgan GE, Mikhail MS., Regional Anasthesis
& Pain Management. 2 nd Ed. Clinical Anasthesiolgy. Pretince
Hall Internasional: New York.2002
5 Duke J Spinal Anasthesia.Ansthesia Secrets.
Edisi 3. Mosby-Elsevier: Philadelpia.2006
6 Goodchild, Z., Guo, A.,
Musgreave, J.P.Gent.Antinociception by Intrathecal Midazolam Involves
Endogenous Neurotransmitters Acting at SpinalCord Delta Opioid
Receptors.Vol.77, pp 758.1996
7 Brown D. Spinal Epidural and Caudal Anesthesisa.
7th Ed. In:Miller RD., Cuchill living
stone: Philadelphia. Pp 1611-38.2010
8 Susana, Eva PD.Hubungan kadar midazolam plasma ibu dan bayi dengan
kondisi fisik serta waktu persalinan pada pasien sectio Caesar yang mendapat
premedikasi midazolam intravena. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu
Biomedik dan program pendidikan dokter spesialis Anestesiologi Universitas Diponegoro :Semarang. 2009.
9 Saswata Bhararti,
Dinesh K. singh, Effect of Midazolam on Addition to Epidural 0,5% Isobaric
Bupivacaine. Vol. 24, No.4, pp 413-418..2008.
10 Shadangi B., K., Garg
R., Pandey R., Das T.,Effect of Intrathecal Midazolam
in Spinal Anaesthesia: a Prospective Randomised Case Control Study. Vol.52, No. 6, pp 432. (Abstrak),2011