Perbandingan Hasil Point of Care Testing (POCT) Asam Urat dengan Chemistry Analyzer

Authors

  • Dewi Rabiatul Akhzami Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Mohammad Rizki Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Rika Hastuti Setyorini Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

DOI:

https://doi.org/10.29303/jku.v5i4.5

Abstract

Latar belakang: Hiperurisemia merupakan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Pada dekade terakhir prevalensi hiperurisemia cenderung meningkat di seluruh dunia. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar asam urat serum. Alat yang telah digunakan sebagai alat standar dalam pemeriksaan laboratorium adalah chemistry analyzer. Seiring perkembangan teknologi dan pengetahuan, terdapat alat lain yang dapat digunakan yaitu point of care testing (POCT). Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan hasil antara point of care testing (POCT) asam urat dengan chemistry analyzer. Metode: Penelitian dengan desain studi perbandingan dengan metode potong lintang (cross-sectional). Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik consecutive random sampling dan memenuhi kriteria inklusi (n=42). Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah dari vena antecubital, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan point of care testing (POCT) dan chemistry analyzer. Uji statistika yang digunakan yaitu uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan asam urat antara alat POCT dan chemistry analyzer. Hasil: Kadar asam urat serum yang diperiksa dengan point of care testing (POCT) dengan strip/stik berkisar antara 3,1-11,1 mg/dl dengan nilai tengah 5,65 mg/dl dan rentang antar kuartil (interquartile range [IQR]) 7,4 mg/dl sedangkan kadar asam urat serum responden yang diperiksa dengan menggunakan chemistry analyzer berkisar antara 3,1-12,3 mg/dl dengan nilai tengah 5,45 mg/dl dan rentang antar kuartil (interquartile range [IQR]) 7,1 mg/dl. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan asam urat dengan POCT dan chemistry analyzer (p=0,7460; uji Wilcoxon). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan hasil antara point of care testing (POCT) asam urat dengan chemistry analyzer.

References

1. Karimba A, Kaligis S, Purwanto D. Gambaran Kadar Asam Urat Pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
dengan Indeks Massa Tubuh 23 kg/m2. Jurnal e-biomedik. 2013;1(1). Available from: http: //ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/1175.

2. WHO WHO. Use of HbA1c in the diagnosis of diabetes mellitus in the UK. The implementation of World Health Organization guidance 2011. World Health Organization. 2011; Available from: http://www.who.int/medical_devices/innovation/clinical_chemistry_analyzer.pdf.

3. Junker R, Schlebusch H, Luppa PB. Point-of-care testing in hospitals and primary care. Deutsches Arzteblatt International. 2010;107(33):561.

4. Kahar H. Keuntungan dan Kerugian Penjaminan Mutu Berdasarkan Uji Memastikan Kecermatan (POCT). Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2006;13(1):38–41. Available from: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-PDF%20Vol%2013-01-11.pdf.

5. Singh AE, Chernesky MA, Morshed M, Wong T. Canadian Public Health Laboratory Network laboratory guidelines for the use of point-of-care tests
for the diagnosis of syphilis in Canada. Canadian Journal of Infectious Diseases and Medical Microbiology. 2015;26(Supplement A):29A–32A.

6. Kementrian Kesehatan RI. Buku I: Kurikulum dan Modul Pelatihan Teknis Tenaga Laboratorium Di Puskesmas. 2015;.

7. Kementrian Kesehatan RI. Buku II: Modul Pelatihan Teknis Tenaga Laboratorium Di Puskesmas. 2015;.

8. Mas’ud T, Naid IA, Haryono K. Korelasi Kadar Asam Urat dalam Darah dan Kristal Asam Urat dalam Urine. As-Syifaa Jurnal Farmasi. 2013;6(1):56–60.

9. Haryati I. Gambaran Kadar Asam Urat dalam Darah pada Wanita Hamil. 2013;Available from: http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/download.php?id=134.

10. Kementrian Kesehatan I R. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1792/MENKES/SK/XII/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes SK/XI/2008 tentangtentang Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik. 2011;Available from: http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/1682.

11. Maboach SJ, C S, Fenny. Perbandingan Kadar Asam Urat Darah dengan Metode Spektrofotometri dan Metode Electrode-Based Biosensor; 2013.

12. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta; 2010.

13. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2013;34.

14. O’Kane MJ, McManus P, McGowan N, Lynch PM. Quality error rates in point-of-care testing. Clinical chemistry. 2011;57(9):1267–1271.

15. Rooney KD, Schilling UM. Point-of-care testing in the overcrowded emergency department–can it make a difference? Critical Care. 2014;18(6):692.

Downloads

Published

2016-12-21

How to Cite

Akhzami, D. R., Rizki, M., & Setyorini, R. H. (2016). Perbandingan Hasil Point of Care Testing (POCT) Asam Urat dengan Chemistry Analyzer. Jurnal Kedokteran, 5(4). https://doi.org/10.29303/jku.v5i4.5

Issue

Section

Research