Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir Dalam Hubungannya Dengan Faktor Risiko Gangguan Dengar di RSUD Provinsi NTB
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v12i1.939Keywords:
Faktor risiko, Bayi baru lahir, Skrining pendengaran, OAEAbstract
Latar belakang: Latar belakang: Salah satu indera yang paling penting dalam perkembangan anak usia dini adalah pendengaran. Gangguan pendengaran pada bayi atau anak dapat berdampak pada keterlambatan perkembangan kognitif, emosional dan komunikasi sosial anak yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dan orang tua. Oleh karena itu, sangat perlu untuk mengidentifikasi adanya gangguan pendengaran pada bayi melalui program skrining pendengaran menggunakan OAE (Otoacoustic Emission).
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dan metode pengambilan sampelnya adalah consecutive sampling, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian ini diperoleh hubungan yang signifikan antara usia kehamilan prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pada hasil pemeriksaan OAE dengan p=0,017 dan p=0,015.
Kesimpulan: kelahiran prematur dan BBLR secara statistik memiliki hubungan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan OAE. Kedua faktor risiko tersebut merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan angka kejadain gangguan pendengaran pada bayi baru lahir disamping faktor risiko lainnya
References
Brennan–Jones, C.G, White, J., Rush, R.W, dan Law, J. 2014. Auditory-verbal therapy for promoting spoken language development in children with permanent hearing impairments (Review). Cochrane Database of Systematic Reviews, 3:1-20.
Dewi,,Y.A. dan Ratna, A.A. 2011. Karakteristik Gangguan Dengar Sensorineural Kongenital pada Anak yang Dideteksi dengan Brainstem Evoked Response Audiometry. Majalah Kedokteran Bandung, 43(2): 77-82.
Handayani, P., Dwi, M., dan Muyassaroh. 2021. Hubungan Prematuritas dan Berat Badan Lahir Rendah dengan Derajat Gangguan Pendengaran pada Anak. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 5(1): 6-65.
Maharani, N.L.P, Ekawaty, L.H., dan Artana, I.W.D. 2015. Risk factors for hearing loss in neonates. Paediatrica Indonesiana, 55(6): 328-332.
Mclaughlin, M.R. 2011. Speech and Language Delay in Children. Am Fam Physician, 83(10):1183-8.
Nisotakis, E., Chalkiadakis, V., Marangoudakis, P., Tzagkaroulakis, A., dan Nikolopoulos, T. 2016. Risk Factors Affecting Hearing in Neonatal Intensive Care Unit Neonates. J Hear Sci, 6(3): 45–53.
Pusdatin. 2019. Infodatin Disabilitas Rungu. Pusat Data dan Informasi Kementerian dan Kesehatan RI, Jakarta.
Rahman, S. dan Hanifatryevi. 2012. Asfiksia Perinatal Sebagai Faktor Resiko Gangguan Pendengaran Pada Anak. Majalah Kedokteran Andalas, 1(36): 1-10.
Regina, M., Sanu, P., Moideen, Mohan, M., Mohammed, M.T.P., dan Khizer, H.A.M. 2017. Audiological screening of high risk infants and prevalence of risk factors. International Journal of Contemporary Pediatrics, ;4(2):507-511.
Sarosa, G.I, Alifiani, H.P., dan J.C., Susanto. 2010. Risiko Gangguan Pendengaran pada Neonatus Hiperbilirubinemia. Sari Pediatri, 12(4): 222-7.
Susyanto, B.E, dan Widuri, A. 2015. Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Mutiara Medika, 15(1): 30 – 36.
The Joint Committee on Infant Hearing. 2019. Year 2019 Position Statement: Principles and Guidelines for Early Hearing Detection and Intervention Programs. The Journal of Early Hearing Detection and Intervention, 4(2): 1-44.
Wiryadi, I.M.R, dan Wiranadha, I.M. 2019. Gambaran hasil skrining pendengaran pada pasien dengan keterlambatan bicara & bahasa di poliklinik THT-KL RSUP Sanglah periode Januari-Desember 2017. Medicina, 50(3): 452-456.
WHO. 2021. Deafness and hearing loss, https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/deafness-and-hearing-loss , diakses tgl 30 Agustus 2022.
Wroblewska-Seniuk, K., Greczka, G., Dabrowski, P., Szyfter-Harris, J., dan Mazela, J. 2017. Hearing impairment in premature newborns— Analysis based on the national hearing screening database in Poland. PLoS ONE, 12