STUDI RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKAPASIEN RAWAT INAP DI RSUP NTB
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v3i4.103Abstract
Latar Belakang: Kualitas penggunaan antibiotika yang baik merupakan bagian dari kampanye pengendalian resistensi antibiotika. Penggunaan antibiotika yang baik memiliki ciri-ciri penggunaan antibiotika spectrum sempit sesuai dengan indikasi, dosis adekuat dan lama penggunaan sesuai kebutuhan. Resistensi antibiotika merupakan isu dunia yang berkembang sejak beberapa dekade terakhir. Pada negara-negara berkembang, sekitar 44% sampai 97% pasien di RS diresepkan antibiotika, seringkali tidak perlu atau tidak tepat indikasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotika pasien rawat inap RSUP NTB. Metodologi: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode potong lintang menggunakan data rekam medis dalam kurun 2004-2014. Kualitas penggunaan antibiotika yang dipergunakan adalah berdasarkan kriteria Gyssens. Hasil: Sebanyak 120 kasus memenuhi kriteria inklusi memiliki diagnosis/ diagnosis kerja yang beragam. Dari 120 kasus tersebut diberikan peresepan 360 antibiotika dengan rerata 3 kombinasi antibiotika. Didapatkan tingkat ingkat konsumsi antibiotika per 100 hari rawat (bed days) adalah ceftriaxone (28.9%); metronidazole (24.2%), levofloxacin (17.3%), ciprofloxacin (15.7%), cefotaxim (8.8%), meropenem (2.1%), amoxicillin dan gentamicin (0.7%), fosfomycin (0.3%) dan chloramphenicol (0.1%).Hasil yang diperoleh berdasarkan analisa kualitatif penggunaan antibiotik adalah sebagai berikut: pemberian empiris (58.6%), disusul tidak diketahui (22.5%), definitif (13.9%) dan profilaksis (5%). Untuk tipe terapi profilaksis 100% menggunakan ceftriaxon. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini terdapat penggunaan ceftriaxone yang berlebihan dan tidak rasional. Kualitas peresepan tertinggi adalah meropenem disusul ampisilin, levofloxacin, fosfomycin, amoxicillin, metronidazole, cefotaxim dan ceftriaxone. Adapun kriterianGyssens yang mendominasi pada studi ini adalah tidak adanya indikasi penggunaan antibiotika. Dengan demikian maka perlu (1) dibuat panduan penggunaan antibiotika RSUP dan (2) Pembatasan penggunaan ceftriaxone dan cephalosporin generasi ketiga. Kata Kunci: rasionalisasi, antibiotika, rawat inap.References
2. Guzman-Blanco M, Casellas JM, Sader HS, 2000. Bacterial Resistance To Antimicrobial Agents In Latin America. The Giant Is Awakening. Infect Dis Clin North Am 14: 67-81
3. Tenover FC, Hughes JM, 1996. The Challenge Of Emerging Infectious Disease, Development And Spread Of Multiply-Resistant Bacterial Pathogen. JAMA 275: 300-304
4. Pendleton JN, SP Gorman, BF Gilmore.Clinical Relevance Of The ESKAPE Pathogens. Expert Rev Anti Infect Ther. 2013;11(3):297-308. Url:http://Www.Medscape.Com/Viewarticl e/780768_2 Akses 18 Maret 2014
5. Stevenson KB, Searle K, Stoddard GJ, Samore M, 2005. Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus And VancomycinResistant Enterococci In Rural Communities, Western United States. Emerg Infect Dis 11: 895-903
6. Gyssens IC. Quality Measure Of Antimicrobial Use. Int J Of Antimicrob Agents. 2001; 17:9-19
7. WHO Collaborating Centre For Drug Statistics Methodology, Guidelines For ATC Classification And DDD Assignment 2013. Oslo, 2012
8. Jevon MP. 1961. «Celbenin»-Resistant Staphylococci. BMJ 1: 124-125
9. Haley RW, Schaberg DR, Crossley KB, Von Allmen SD, Mcgowan JE Jr. Extra Charges And Prolongation Of Stay Attributable To Nosocomial Infections: A Prospective Interhospital Comparison. Am J Med 1981; 70: 51-8
10.Gordana Pešić, Zorica Jović, Karin Vasić. Application Of The Atc/Ddd Methodologyto Compare Antibiotic Utilization In Two University Hospital Surgical Departments. Facta Universitatisseries: Medicine And Biologyvol.12, No 3, 2005, Pp. 174 – 178
11.Wardoyo EH, Tjoa E, Ocvyanty D, Moehario LH. Infeksi Luka Operasi (ILO) Di Bangsal Kebidanan Dan Kandungan RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM): Laporan Serial Kasus Bulan AgustusOktober 2011. CDK-216. 41(5). 2014