HUBUNGAN ANTARA TUBERKULOSIS PARU MILIER DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADAPASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP NTB
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v2i2.58Abstract
Latar Belakang : Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit penting dalam sejarah manusia dan masih tetap menjadi permasalahan utama pada kesehatan manusia sampai saat ini karena memiliki dampak yang besar terhadap status kesehatan, status sosial dan ekonomi manusia. Indonesia merupakan negara dengan urutan ke 3 terbanyak jumlah infeksi tuberkulosis di dunia setelah Cina dan India. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui adanya hubungan antara tuberkulosis paru milier dengan kejadian anemia pada pasien tuberkulosis paru di RSUP NTB. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Peneliti melakukan observasi hanya sekali pada satu saat yang dilakukan pada bulan Januari 2013 terhadap data pasien tuberkulosis yang dirawat inap di RSUP NTB periode Januari 2011-Desember 2012. Hasil pengumpulan data diolah secara deskriptif berupa tabel serta analitik uji chi-square dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil : Pada penelitian ini total sampel sebanyak 104 dengan 86 sampel diantaranya pasien TB paru yang dirawat mengalami anemia yaitu sebesar 82,7%. Sebanyak 17 (16,3%) pasien TB paru milier diperoleh pada penelitian ini dan 16 (94,12%) diantaranya mengalami anemia. Dari uji statistik dengan Chi-square tidak didapatkan adanya hubungan antara tuberkulosis paru milier dengan kejadian anemia pada pasien tuberkulosis paru di RSUP NTB, hal ini ditunjukan dengan hasil Chi-square hitung (1.854) kurang dari nilai Chi-square tabel (3,811) pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha 5%. Kesimpulan :Tidak terdapat hubungan antara tuberkulosis paru milier dengan kejadian anemia pada pasien tuberkulosis paru di RSUP NTB. Kata Kunci : TB Paru milier, anemia.References
2. Tuberkulosis dan Permasalahannya. Dalam : Aditama T. Y, Kamso S, Basri C, Surya A, editor. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2006.
3. Hasan H. Tuberkulosis Paru. Dalam : Alsagaff H, Wibisono M. J, dan Winariani. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Gramik FK UNAIR; 2010.
4. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis Paru. Dalam : Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata B. K, dan Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
5. Arsyad Z, Syamsuri W. Tuberkulosis Milier. Majalah Kedokteran Andalas. Juli-Desember 1998. Vol 22; No 2.
6. Oehadian A. Aspek Hematologi Tuberkulosis. 2003. Pustaka UNPAD. Dikutip tanggal 26 Desember 2012. Diunduh dari : http://pustaka.unpad.ac.id/archives/33023/
7. Anonim. Tuberkulosis “Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesiaâ€. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Dikutip tanggal 26 Desember 2012. Diunduh dari : http://www.klikpdpi.com/konsesus/tb/tb.pdf
8. Connell D.W, Berry M, Cooke G, and Kon O. M. Update on tuberculosis: TB in the early 21st century. Eur Respir Rev 2011;20: 120, 71-84. Dikutip tanggal 29 Desember 2012. Diunduh dari http://err.ersjournals.com/content/20/120/71.full
9. Ghazali M. V, Sastromihardjo S, Soedjarwo S. R, Soelaryo T, dan Pramulyo H. Studi Cross-sectional. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, editor. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-2. Jakarta : Sagung Seto; 2002.
10. Nazir M. Metode Penelitian. Edisi I. Jakarta : Ghalia Indonesia; 2003.