Aktivitas Antibakteri Fraksi Ekstrak Metanol Ashitaba (Angelica keiskei) terhadap Staphylococcus aureus
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v12i1.851Keywords:
Angelica keiskei, antibakteri, fraksi, Staphylococcus aureusAbstract
Latar belakang: Staphyloccus aureus merupakan bakteri yang dapat memicu infeksi kulit dan dapat memperpanjang proses penyembuhan luka. Adapun tanaman yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah ashitaba (Angelica keiskei). Ashitaba banyak tumbuh di daerah Sembalun (Lombok Timur) secara liar dan dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Biasanya daun ashitaba dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan pangan dan getahnya sebagai penyembuh luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi ekstrak metanol ashitaba terhadap S. aureus.
Metode: Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Fraksinasi ekstrak menggunakan metode partisi cair-cair dengan pelarut air, etil asetat, dan n-heksan. Skrining fitokimia menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan penampak bercak AlCl3, Folin-ciocalteu, FeCl3, Liebermann Burchard, dan H2SO4. Penentuan aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan mengukur zona hambat bakteri.
Hasil: Fraksi air residu ekstrak metanol ashitaba konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% tidak memiliki aktivitas antibakteri. Namun, fraksi etil asetat konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% memiliki aktivitas antibakteri dengan zona hambat berturut-turut 7,76±0,56 mm (sedang); 8,60±0 mm (sedang); dan 16,75±1,06 mm (kuat), serta fraksi n-heksan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% memiliki aktivitas bakteri dengan zona hambat berturut-turut 12,9±0,49; 16,2±8,19; dan 12,83±0,58 mm (kuat).
Kesimpulan: Ashitaba berpotensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus dan fraksi yang paling potensial dikembangkan adalah fraksi n-heksan konsentrasi 5%.
Katakunci
Angelica keiskei, antibakteri, fraksi, Staphylococcus aureus
References
2. Guo S. & DiPietro LA. Factors affecting wound healing. Journal of Dental Research. 2009:89(3),p. 219-29.
3. Rianti EDD., Tania POA., & Listyawati AF. Kuat medan listrik AC dalam menghambat pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi. 2020:11(1),p. 79-88.
4. Guo Y, Song G, Sun M, Wang J, & Wang Y. Prevalence and therapies of antibiotic-resistance in Staphylococcus aureus. Frontiers in Cellular and Infection Microbiology. 2020:10,p. 107.
5. Atwazzah. Uji potensi antimikroba ekstrak metanol daun kastuba (Euphorbia pulcherrima Willd.). Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Mataram. 2018.
6. Wirasisya DG, Hajrin W. & Muliasari H. Aktivitas antibakteri ashitaba (Angelica keiskei) terhadap Streptococcus mutans. Jurnal Kedokteran Unram. 2018:7(2),p. 16-19.
7. Umami R. Variasi konsentrasi ekstrak daun ashitaba (Angelica keiskei) terhadap pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi: Bioscientist. 2017:5(2),p. 59.
8. Juliantoni Y & Wirasisya DG. Optimasi formula obat kumur ekstrak herba ashitaba (Angelica keiskei) sebagai antibakteri karies gigi. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi. 2018:6(1),p. 40-44.
9. Wardani AK, Fitriana Y, & Malfadinata S. Uji aktivitas antibakteri penyebab jerawat Staphylococcus epidermidis menggunakan ekstrak daun ashitaba (Angelica keiskei). Lumbung farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian. 2010: 1(1), p. 14-18.
10. Affandy F, Wirasisya DG, & Hanifa, NI. Skrining fitokimia pada tanaman penyembuh luka di Lombok Timur. Sasambo Journal of Pharmacy. 2021:2(1),p. 1-6.
11. Siregar C. Teknologi farmasi sediaan tablet: Dasar-dasar praktis. Jakarta: EGC. 2010.
12. Nasution H & Rahmah M. Pengujian antiradikal bebas difenilpikril hidrazil (DPPH) ekstrak etil asetat daun nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk). Jurnal Sains Dasar. 2014:3(2),p. 137-141.
13. Rosamah E. Kromatografi lapis tipis: Metode sederhana dalam analisis kimia tumbuhan berkayu. Samarinda: Mulawarman University Press. 2019.
14. Majid A. & Nikmah. Identifikasi senyawa antibakteri pada ekstrak akar herba Acalypha indica L. asal Kota Kupang, CHM-K Applied Scientifics Journal. 2020:3(3),p. 87-90.
15. Maulana AR, Triatmoko B, & Hidayat MA. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun waru gunung (Hibiscus macrophyllus) dan fraksinya terhadap Staphylococcus aureus. Pustaka Kesehatan. 2021:9(1), 48-53.
16. Widyawati PS. Aktivitas antioksidan ekstrak metanolik daun beluntas (Pluchea indica Less) dan Fraksinya serta kemampuan mencegah warmed over flavor pada daging itik yang telah dipanaskan. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Bogor: IPB. 2011.
17. Harborne JB. Metode fitokimia edisi ke-2. Bandung: ITB. 1987.
18. Hanani E. Analisis fitokimia. Jakarta: EGC. 2015.
19. Bag G., Devi P, Bhaigyabati T. Assesment of total flavonoid content and antioxidant activity od methanolic rhizome. Int. J. Pharm. Sci. 2014:30(1),p. 154–159.
20. Markham KR. Cara mengidentifikasi flavonoid. terjemahan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB. 1988.
21. Harborne J. Metode fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan, edisi keempat. Bandung: ITB Press. 2006.
22. Ferreira O & Pinho S. Solubility of flavonoids in pure solvents. Ind. Eng. Res. 2012:41,p. 6586– 6590.
23. Hendryani R, Lutfi M, & Hawa LC. Ekstraksi antioksidan daun sirih merah kering (Piper crotatum) dengan metode pra-perlakuan ultrasonic assisted extraction (kajian perbandingan jenis pelarut dan lama ekstraksi). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 2015:3(2),p. 33–38.
24. Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, & Kaur H. Phytochemical screening and extraction: A review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. 2011:1(1),p. 98-106.
25. Siadi K. Ekstrak bungkil biji jarak pagar Jatropha curcas sebagai Biopestisida yang Efektif dengan Penambahan Larutan NaCl. Jurnal MIPA. 2012 :35(1),p. 77-83.
26. Maimunah S, Raihana & Silalahi YCE. Aktivitas antibakteri ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus. 2020 :6 (2), p.129-138.
27. Biharee A, Sharma A, Kumar A, & Jaitak V. Fitoterapia antimicrobial flavonoids as a potential substitute for overcoming antimicrobial resistance. Fitoterapia. 2020:146,p. 104720. [CrossRef].
28. Sholichah E, Apriani R, Desnilasari D, & Karim MA. Produk samping kulit kopi arabika dan robusta sebagai sumber polifenol untuk antioksidan dan antibakteri. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. 2017:p.57–66.
29. Elifah E. Uji antibakteri fraksi ekstrak metanol daun senggani (Melastoma candidum, D.Don) terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis serta profil kromatografi lapis tipisnya. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2010.
30. Andrews JM & Howe RA. Standardized disc susceptibility testing method (Version 100). Jurnal Antimicrob Chemotheraphy. 2011:66(1),p. 2726-2757.
31. Anita A, Khotimah S, & Yanti AH. Aktivitas antibakteri ekstrak daun benalu jambu air (Dendropthoe pentandra (L.) Miq) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Protobiont. 2014:3(2),p. 268-272.
32. Thongchai W, Liawruangath B, Liawruangath S, & Greenway GM. A microflow chemiluminescence system for determination of chloramphenicol in honey with preconcentration using a molecularly imprinted polymer. Talant. 2010:82,p. 560-566.
33. Wiadnyana IMP, Budiasa K & Berata K. Histopatologi usus halus mencit pasca pemberian ekstrak etanol daun ashitaba. Buletin Veteriner Udayana, 2015:7(1),p. 73-79.
34. SH Lee. Evaluation of acute skin irritation and phototoxicity by aqueous and ethanol fractions of Angelica keiskei. Experimental and therapeutic medicine, 2013:5(1),p. 45-50.