Hubungan Riwayat Atopi dengan Tingkat pada Santri Di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Gunungsari Lombok Barat Keparahan Lesi Skabies NTBTahun 2015
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v6i2.1.234Kata Kunci:
Skabies, riwayat atopi, tingkat keparahan lesi skabiesAbstrak
Latar belakang : Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei dan umumnya menyerang individu yang hidup berkelompok seperti di pesantren, asrama, rumah sakit, dan rumah jompo. Manifestasi klinis dari skabies antara lain gatal di malam hari, kemerahan yang kadang disertai dengan papul, burrow, dan ekskoriasi yang timbul akibat dari garukan pada daerah yang gatal. Sensititivitas terhadap tungau maupun produk tungau tampaknya memiliki peranan penting dalam manifestasi klinis skabies sehingga pada orang atopi kemungknan dapat mengalami gejala yang lebih berat.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 100 orang yang diambil secara consecutive sampling. Sampel kemudian diberikan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas untuk menilai riwayat atopi dan tingkat keparahan lesi skabies. Selanjutnya dilakukan analisis univariat dan bivariat menggunakan kolmogorov-smirnov untuk menilai hubungan riwayat atopi dengan tingkat keparahan lesi skabies menggunakan software SPSS 17.0 for Windows.
Hasil : Didapatkan sebanyak 52 (52%) santri memiliki riwayat atopi sedangkan 48 (48%) lainnya tidak memiliki riwayat atopi. Santri dengan derajat keparahan lesi ringan sebanyak 69 santri (69%), sedang 26 (26%) dan berat 5 santri (5%). Analisis data menggunakan uji Kolmogorov-smirnov diperoleh p=0,045 pada hubungan riwayat atopi dengan tingkat keparahan lesi skabies.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara riwayat atopi dengan tingkat keparahan lesi skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Gunungsari
Referensi
2. Baur B., Sarkar J.,Manna N., & Bandyopadhyay L. (2013), The Pattern of Dermatological Disorders among Patients Attending the Skin O.P.D of A Tertiary Care Hospital in Kolkata, India. Journal of Dental and Medical Sciences
3. Brown, R. G, Bourke, Johny, Cunliffe, Tim. (2008), Dermatology Dasar untuk Praktek Klinik. Jakarta: EGC.
4. Chowsidow O. (2006), Skabies. The new england journal of medicine. Available from: http://www.nejm.org
5. Colloff, MJ. (2009), Dust Mites. Australia: Csiro Publishing
6. Dahlan, M.S. (2010), Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Seri Evidence Based Medicine 2. Edisi ke-3, Jakarta: Salemba
7. Hoppin, J.A., Jaramillo, R., Salo, P., Sandler, D.P., Stephanie J, et al. (2011), Questionnaire Predictors Of Atopy In A US Population Sample: Findings From The National Health And Nutrition Examination Survey, 2005-2006, American Journal of Epidemiology Advance Access, Available from: http://aje.oxfordjournals.org
8. Husam, K. (2013), Hubungan Kebersihan Pribadi dengan Manifesasi Klinis Skabies pada Santri di Asrama Putra Pondok Pesantren Al Husain, Krakitan Kabupaten Magelang. Skripsi.
9. Johansson SGO, Haahtela T. (2004), World Allergy Organization Guidelines for Preventrion of Allergy and Allergic Asthma. Int Arch Allergy Immunol, Available from: http://www.eaaci.org
10. Ma’rufi I, Keman S, & Notobroto HB. (2005), Faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap prevalensi penyakit skabies studi pada santri di pondok pesantren kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Available from: http://journal.unair.ac.id
11. Notoatmodjo, S. (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
12. Onayemi O., Isezuo S.A. & Njoku C.H. (2005), Prevalence of different skin conditions in an outpatients’ setting in north-western Nigeria. International Journal of Dermatology
13. Raza N,. Qadir S. N. R., Agna H. (2009), Risk faktor for scabies among male soldier in Pakistan: case-control study. Eastern Mediterranean Health Journal, Available from: http://www.emro.who.int
14. Rossentreich, DL., Fried, MP., Vos, Gs., Jackman AH. (2016), Mannual of Allergy and Clinical Immunology for Otolaryngologist.
15. Setyaningrum, Yahmi Ira. (2014), Skabies Penyakit Kulit Yang Terabaikan: Prevalensi, Tantangan Dan Pendidikan Sebagai Solusi Pencegahan, Available from: http://www.undana.ac.id
16. Siregar, B. (2012), Hubungan Reaktivitas Uji Tusuk Kulit pada Anak Atopi dengan Jumlah Saudara Kandung, Available from: http://repository.usu.ac.id
17. Stone, S.P., Goldfarb, J.N., Bacelieri, R.E. (2008), Scabies, Other Mites, and Pediculosis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA< Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hll
18. Sudarsono. (2011), Pengaruh Skabies Terhadap Prestasi Belajar Santri di Sebuah Pesantren di Kota Medan. Skripsi, Available from: http://repository.usu.ac.id
19. Sudirman. T. (2006), Scabies : Masalah Diagmosis dan Pengobatan. Majalah Kesehatan Damianus. Vol.5, No.3. September 2006, Available from: https://lib.atmajaya.ac.id
20. Walton, et al. (2010), Increased Allergic Immune Response to Sarcoptes scabiei Antigens in Crusted versus Ordinary Scabies. Vol. 17 No. 9, Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov
21. Wolff, Klaus., & Johnson, R. A. (2009), Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. New York: McGraw Hill.
22. Handoko, R.P. (2010), Skabies, editor: Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kela