Hubungan Kejadian Kecacingan dengan Anemia Defisiensi Besi pada Anak-Anak Pengrajin Gerabah di Lombok Barat
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v8i3.350Kata Kunci:
infeksi cacing, anemia defisiensi besi, anak-anak pengrajin gerabahAbstrak
Latar Belakang: Kecacingan, khususnya infeksi Soil Transmitted Helminths (STH), menjadi masalah kesehatan yang mendunia. Tingginya angka kecacingan pada anak-anak disebabkan karena berbagai faktor, khususnya faktor demografis. Kecacingan dapat menyebabkan gangguan intake, pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Salah satu dampak kecacingan adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB). ADB lebih lanjut dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kejadian kecacingan dengan anemia defisiensi besi pada anak-anak pengrajin gerabah di Lombok Barat, khususnya di SMPN 2 Kediri.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner oleh siswa. Subjek penelitian adalah 50 siswa kelas 7 dan 8 SMPN 2 Kediri, Lombok Barat. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-Square menggunakan SPSS 23,0.
Hasil: Siswa yang positif terinfeksi cacing sebanyak 17 orang (34%). Spesies cacing yang siswa SMPN 2 Kediri adalah Trichuris trichiura yaitu sebanyak 10 siswa (58,82%), diikuti Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan campuran antara Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan ialah kebiasaan memakai alas kaki dengan P value <0,05 serta menggigit kuku dengan P value <0,05 Siswa yang menderita ADB sebanyak 4 orang (8%), seluruhnya positif terinfeksi cacing. Kejadian kecacingan ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan anemia defisiensi besi dengan P value <0,05.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kejadian kecacingan dengan anemia defisiensi besi di SMPN 2 Kediri, Lombok Barat.
Referensi
2. World Health Organization. 2016. Soil-Transmitted Helminth Infections. Dapat diunduh di: <http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/> [Diakses pada tanggal: 12 Desember 2018].
3. Damanik, dkk. 2014. Sanitation of house and school, personal hygiene and infection of Soil Transmitted Helminths (STH) among elementary school students. International Journal of Public Health Science (IJPHS), 3 (1), pp. 43-50.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014 [pdf]. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dapat diunduh di: <http://www.depkes.go.id> [Diakses pada tanggal: 30 Desember 2018].
5. Kemenkes, RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS.
6. Badan Pusat Statistik NTB. 2015. NTB dalam Angka 2015 [pdf]. NTB: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTB. Dapat diunduh di: <http://bappeda.ntbprov.go.id/data-dan-informasi/ntb-dalam angka/ntbdalam-angka-2015/> [Diakses pada tanggal: 28 Desember 2018].
7. Andaruni, A. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Cacingan pada Anak di SDN 01 Pasirlangu Cisarua. Students e-Journal, 1(1), 28.
8. Cahyani, A.D., 2009. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar pada Siswa SD N Kartasura 1, 4 dan 6 di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.Program Studi III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dapat diunduh di: <http://etd.eprints.ums.ac.id/6187/1/J300050014.pdf> [Diakses pada tanggal: 28 Desember 2018].
9. Arief, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. In Klaten Selatan: CSGF (The Community of Self Help Group Forum).
10. Dahlan, S.M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika.
11. Notoatmodjo, S., dan Kesehatan, P. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
12. ---. 2018. Keputusan Gubernur NTB Nomor 561-938 Tahun 2017 Tentang Upah Minimum Kabupaten Lombok Barat.
13. Hasyim, N., Mayulu, N., dan Ponidjan, T. 2013. Hubungan kecacingan dengan anemia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Keperawatan, 1(1). Dapat diunduh di: < https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2218>. [Diakses pada tanggal: 9 September 2019].
14. Indriyati, L., dan Sembiring, W. S. R. 2018. Pengaruh infeksi hookworm terhadap kadar hemoglobin penambang intan. JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases, 4(1), 1-6. Dapat diunduh di: <https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jhecds/article/view/313/515>. [Diakses pada tanggal: 9 September 2019].
15. Faridan, K., Marlinae, L., dan Audhah, N. A. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. Jurnal Buski, 4(3). Dapat diunduh di:<http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/buski/article/view/3229/3320> [Diakses pada tanggal: 9 September 2019].
16. Pertiwi, A. C., Ane, R. L., dan Selomo, M. 2013. Analisis Faktor Praktik Hygiene Perorangan Terhadap Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2013. Makkasar. UNHAS. Dapat diunduh di: <http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6090/jurnal.pdf?sequence=1>. [Diakses pada tanggal: 9 September 2019].
17. Sandy, S., dan Irmanto, M. 2014. Analisis model faktor risiko infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) pada siswa SD di Distrik Arso Kabupaten Keerom Papua. Jurnal Buski, 5(1). Dapat diunduh di: <https://media.neliti.com/media/publications/21398-ID-analisis-model-faktor-risiko-infeksi-cacing-gelang-ascaris-lumbricoides-pada-mur.pdf> [Diakses pada tanggal: 9 September 2019].