Penatalaksaan Skabies Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Dewasa

Penulis

  • Ni Komang Dessy Kumarayanti Student
  • Yunita Hapsari
  • Dinie Ramdhani Kusuma

DOI:

https://doi.org/10.29303/jku.v9i3.422

Kata Kunci:

Skabies, Kedokteran Keluarga, Kebersihan Diri

Abstrak

Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi oleh Sarcoptes scabiel var. Hominis dan produknya dengan keluhan gatal terutama pada malam hari. Pada tahun 2017 skabies dimasukkan kLaporan Kasusdalam kelompok Neglected Topical Diseases (NTD). Penyakit ini dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang rendah, keterbatasan mengakses air bersih, kurangnya pengetahuan, hunian yang padat sehingga memudahkan transmisi dan infestasi tungau, serta kesalahan diagnosis dan tatalaksana. Penyakit ini sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa, namun sesungguhnya penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi seperti impetigo, selulitis, abses bahkan sepsis, dan pada kasus S.pyogenes akan terjadi post-streptococcal glumerulonephiritis serta demam rematik akut.Pada negara berkembang acute post-streptococcal glumerulonephritis yang terjadi bersamaan dengan skabies akan berkontribusi terhadap terjadinya gagal ginjal kronik dan gagal ginjal subsequent. Pasien datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan, sela jari kaki, pergelangan tangan, punggung dan selangkangan terutama pada malam hari sejak empat bulan yang lalu. Pasien kurang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pasien didiagnosis skabies, kemudian diberikan terapi dengan pendekatan kedokteran keluarga secara holistik artinya tidak hanya mengobati keluhan klinis tetapi juga menanggulangi risiko internal dan eksternal pasien. Terapi medikamentosa yang diberikan yaitu krim Permetrin 5%, Cetirizne tablet, dan krim campuran Asam Fusidat dan Desoksimetason. Selain pasien, seluruh keluarga pasien juga diberikan terapi secara serempak dan di edukasi mengenai penyakitnya.

Referensi

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2018
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed, Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017.
3. Davis, J.S.; McGloughlin, S.; Tong, S.Y.; Walton, S.F.; Currie, B.J. A novel clinical grading scale to guide the management of crusted scabies. PLoS Negl. Trop. Dis. 2013, 7, e2387.
4. WHO. Water Sanitation and Health (WSH). Available from: http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/scabies/en/ (Accessed: 5 September 2020)
5. RISKESDAS. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Available from: https://doi.org.1 (Accessed: 5 September 2020)
6. Worth, C.; Heukelbach, J.; Fengler, G.; Walter, B.; Lisenfeld, O.; Feldmeier, H. Impaired quality of life in adults and children with scabies from an impoverished community in Brazil. Int. J. Dermatol. 2012, 51, 275–282.
7. Hofstraat, K.; van Brakel, W.H. Social stigma towards neglected tropical diseases: A systematic review. Int. Health 2016, 8 (Suppl. 1), i53–i70
8. Thornley, S.; Marshall, R.; Jarrett, P.; Sundborn, G.; Reynolds, E.; Schofield, G. Scabies is strongly associated with acute rheumatic fever in a cohort study of Auckland children. J. Paediatr. Child Health 2018, 54, 625–632.
9. Engelman, D.; Kiang, K,; Chosidow, O,; McCarthy, J.; ,Fuller, C.; Lammie, P.; Hay R.; Steer A.; Members of the International Alliance for The Control of Scabies. Toward the global control of human scabies: introducing the international alliance for the control of scabies. PLoS Negl Trop Dis 2013, 7: e2167.
10. Hay R.; Steer AC.; Engelman D.; Walton S. Scabies in the developing world—its prevalence, complications, and man- agement. Clin Microbiol Infect 2012, 18: 313–323.
11. Anderson KL.; Strowd LC. Epidemiology, diagnosis, and treatment of scabies in a dermatology office. J Am Board Fam Med 2017, 30: 78–84.
12. Romani L et al. Mass drug administration for scabies control in a population with endemic disease. N Engl J Med 2015, 373: 2305–2313.
13. Brunton, L.L., B.A. Chabner, and B.C. Knollmann, Goodman & Gilman’s: The Pharmacological Basis of Therapeutics. 2011, McGraw-Hill; New York
14. Wolff K, Goldsmith LA, Katz Sl, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill; 2012
15. Currie BJ, Harumal P, McKinnon M, Walton SF, 2004. First doc- umentation of in vivo and in vitro ivermectin resistance in Sacrcoptes scabiei. Clin Infect Dis 39: e8–e12.
16. Goldust M, Nejad B, Rezaee E, Raghifar R. Comparative trial of permethrin 5% versus lindane 1% for the treatment of scabies. J Dermatolog Treat. 2013:e1-3
17. Gilson RL, Crane JS. Scabies (Sarcoptes Scabiei). In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
18. Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore: Singapore International Foundation; 2004

Diterbitkan

2020-10-17

Cara Mengutip

Kumarayanti, N. K. D., Hapsari, Y. ., & Ramdhani Kusuma, D. . (2020). Penatalaksaan Skabies Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Dewasa. Baphomet University : Situs Slot Online Gacor Terbaik Hari Ini Server Thailand Gampang Maxwin 2024, 9(3), 220–228. https://doi.org/10.29303/jku.v9i3.422

Terbitan

Bagian

Penelitian