Gambaran Preferensi Mahasiswa Tahap Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Terhadap Berbagai Metode Pengajaran
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v11i4.849Kata Kunci:
Mahasiswa Preklinik, Metode pengajaran, PreferensiAbstrak
Latar Belakang: Literatur terbaru telah membandingkan kegunaan metode pengajaran yang spesifik dengan metode lecture. Mahasiswa milenial cenderung lebih memilih pembelajaran yang berorientasi pada tim, serta menyarankan preferensi pendekatan pembelajaran kolaboratif dan berbasis teknologi, namun menurut beberapa literatur, mahasiswa kedokteran lebih menyukai metode lecture yang merupakan metode pengajaran yang pasif. Tujuan: mengetahui gambaran preferensi mahasiswa tahap preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung terhadap berbagai metode pengajaran. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey, metode pengambilan sampel yaitu dengan total sampling. Variabel pada penelitian ini adalah preferensi mahasiswa tahap preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung terhadap berbagai metode pengajaran. Data diambil langsung menggunakan angket pada mahasiswa angkatan aktif tahun 2016 dan 2017. Data dimasukkan ke Microsoft Excel lalu dikonversi ke dalam bentuk tabel dan dihitung mean-nya dari tiap variabel. Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan mean tertinggi yaitu 4.134 untuk metode CSL, yang kedua yaitu kuliah dengan mean 3.717, setelah itu terdapat PAL dengan mean 3.481, PBL dengan mean 3.334, praktikum dengan mean 3.286, CBL dengan mean 3.218, TBL dengan mean 3.184, dan yang terakhir pleno dengan mean 2.673. Simpulan: Preferensi mahasiswa terhadap metode pengajaran dari mean yang tertinggi yaitu CSL, kuliah, PAL, PBL, praktikum, CBL, TBL, dan pleno.
Referensi
2. Khan B. Undergraduates student's perceptions about current lecturing practices. Pak Armed Forces Med J. 2014; 64(2):319–27.
3. Zinski A, Blackwell K, Belue F. Is lecture dead? a preliminary study of medical students’ evaluation of teaching methods in the preclinical curriculum. International Journal of Medical Education. 2017; 8:326– 33.
4. Tsang A, Harris DM. Faculty and second- year medical student perceptions of active learning in an integrated curriculum. Advances in Physiology Education. 2016;
40(4):446–453.
5. Kamei R, Cook S. AAMC readiness for reform duke – national university of Singapore case study. Association Of American Medical Colleges. 2012.
6. Samarasekera DD, Shirley O, Su Ping Y, Shing Chuan H. Medical education in Singapore. Medical Teacher. 2015; 37(8): 707–713.
7. Setiawan IP, Dalen JV, Whittingham J. Instrument for evaluating clinical skill laboratory teacher’s didactical performance. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia. 2013; 2(2):1–13.
8. Hashim R, Qamar K, Khan M. Role of skill laboratory training in medical education - students' perspective. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan. 2016; 26(3):195–8.
9. Muslicha A. Metode pengajaran dalam pendidikan lingkungan hidup pada siswa sekolah dasar (studi pada sekolah adiwiyata di DKI Jakarta). Jurnal Pendidikan. 2016; 16(2):110–26.
10. Hardisman, Yulistini. Pandangan mahasiswa terhadap hambatan pada pelaksanaan skill lab di fakultas kedokteran ( barriers in skill lab training ) pandangan Mahasiswa terhadap hambatan pada pelaksanaan skill lab di fakultas kedokteran universitas andalas. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia. 2016; 2:180–7.
11. Burgess A, Mcgregor D, Mellis C. Medical students as peer tutors?: a systematic review. 2014; 14(1):1–8.
12. Suryadi RA, Rukmini E. Perspektif mahasiswa terhadap visualized peer assisted learning di fakultas kedokteran unika atma jaya. Damianus Journal of Medicine. 2014; 13(2):95–109.
13. Sahu KP, Shivananda N, Vincent R. Medical students' perception of small group teaching effectiveness in hybrid curriculum. Journal of Education and Health Promotion. 2018; 7.
14. Tyas R. Kesulitan penerapan problem based learning dalam pembelajaran matematika. Tecnoscienza. 2017; 2(1):43–52.
15. Mavenyengwa RT, Nyamayaro T. Developing a curriculum for health professional students on point of care testing for medical diagnosis. International Journal Of Medical Education. 2016; 7:265–
6.
16. Kelly L, Walters L, Rosenthal D. Community-based medical education: is success a result of meaningful personal learning experiences? education for health: change in learning and practice. Education For Health. 2014; 27(1):47–50.
17. Howe A. Patient-centred medicine through student-centred teaching: a student perspective on the key impacts of community-based learning in undergraduate medical education. Medical Education. 2001; 35(7):666–72.
18. Yoo JE, Seoeun H, Gyeongsi L, Seungjae K, Sangmin P, Jongkoo L et al. The development of a community-based medical education program in Korea. Korean Journal of Medical Education. 2018; 30(4):309–15.
19. Rajalingam P, Jerome IR, Nabil Z, Michael AF, Paul G, Naomi LB. Implementation of team-based learning on a large scale: three factors to keep in mind. Medical Teacher. 2018; 40(6):582–588.
20. Haque M, Campus CH. Team based learning in medical education. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 2017; 43(2):58–63.
21. Rukmini E. Evaluation Of pilot PBL implementation at the faculty of medicine atma jaya catholic university. Jurnal Pendidikan Kedokteran Dan Profesi Kesehatan Indonesia. 2006; 1(3):69-76.
22. Asni E, Hamidy MY. Manfaat dan hambatan Problem-Based Learning (PBL) menurut perspektif mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jurnal Ilmu Kedokteran. 2017; 4(2):95.
23. Yudaristy H, Irfanuddin I, Azhar MB. Persepsi mahasiswa dan dosen tentang ketercapaian kompetensi dasar dan klinis pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2014; 1(1):25–33.