Profil Pasien Morbus Hansen yang Berobat Rawat Jalan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD ProvinsiNTB Tahun 2016-2018
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v8i4.386Keywords:
Morbus Hansen, Kusta, ENL, Reaksi ReversalAbstract
Latar Belakang: Morbus Hansen adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang dapat menular melalui kontak langsung dan mukosa saluran pernapasan atas. Angka kejadian MH sudah menunjukkan penurunan namun masih tergolong tinggi. Jumlah kasus baru MH di dunia pada tahun 2015 adalah sekitar 210.758 kasus. Saat ini Indonesia berada di nomor tiga di dunia dengan penderita MH terbanyak.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan desain penelitian retrospektif. Populasi penelitian adalah pasien rawat jalan di Poliklinik Kulit dan Kelamin di RSUD Provinsi NTB pada periode tahun 2016 - 2018. Variabel yang digunakan antara lain, jenis kelamin, usia, alamat, jenis komplikasi, dan komplikasi. Analisis data menggunakan uji chi square. Apabila syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka digunakan alternative, yaitu uji Fisher’s exact.
Hasil: Didapatkan pasien sebanyak 72 orang. Dari Uji Chi Square dan Uji Fisher’s exact didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna, baik antara jenis kelamin dengan komplikasi (p=0,128), jenis kelamin dengan kelompok usia (p=0,146), dan kejadian komplikasi dengan kelompok usia (p=0,056) pada pasien MH yang rawat jalan di Poliklinik Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB pada periode tahun 2016 – 2018.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna, baik antara jenis kelamin dengan komplikasi, jenis kelamin dengan kelompok usia, dan kejadian komplikasi dengan kelompok usia pada pasien MH yang rawat jalan di Poliklinik Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB pada periode tahun 2016 – 2018.
References
2. Lee, DJ., Rea TH., dan Modlin RL. 2012. Leprosy. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition. New York: McGraw-Hill
3. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram.
4. Aisyah, I., dan Agusni, I., A Retrospective Study: Profile of New Leprosy Patients. Periodical of Dermatology and Venerology. 2018; 30 (1): 40-47.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Nasional Pengendalian Kusta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
6. Moura, et. al. 2013. Active Surveillance of Hansen’s Disease (Leprosy): Importance for Case Finding among Extra-domiciliary Contacts. PLOS Neglected Tropical Diseases 7(3):1-7.
7. Scollard, et. al. 2015. Risk Factors for Leprosy Reactions in Three Endemic Countries. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene 92(1):108-114.
8. Motta, et. al. 2012. Leprosy Reactions: Coinfections as A Possible Risk Factor. Clinics (Sao Paulo) 67(10):1145-1148.
9. Chaudhary, D. and Maliik, M. 2017. Incidence of Leprosy in a Tertiary Care Centre of Surguja District, Chhattisgarh. International Journal of Contemporary Medical Research 4(2): 550-551.
10. Kar, H. K. and Kumar, B. 2010. IAL Textbook of LEPROSY. Jaypee Borthers Medical Publishers. New Delhi.
11. Voorend, C.G.N. and Post, E.B. 2013. A Systematic Review on the Epidemiological Data of Erythema Nodosum Leprosum, a Type 2 Leprosy Reaction. PLOS Neglected Tropical Diseases 7(10):1-10.
12. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
13. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. BPJS Kesehatan. Jakarta.