Korelasi antara Nilai Pengetahuan dengan Perilaku Pedagang dalam Penggunaan Boraks pada Tahu di Pasar Tradisional Se-Kota Mataram
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v6i2.1.208Kata Kunci:
Pengetahuan, Perilaku, Borax, TahuAbstrak
Latar Belakang: Tahu adalah salah satu makanan yang paling sering ditambahkan dengan boraks. Boraks adalah antiseptik yang sering digunakan pada produk kayu atau tekstil, namun berbahaya bagi tubuh jika ditambahkan ke makanan. Hari-hari ini kami sering menemukan boraks sebagai bahan makanan tambahan. Tingginya jumlah boraks yang digunakan dalam makanan mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang bahan ini. Para produsen makanan berasumsi bahwa penambahan boraks dapat membuat makanan bertahan lebih lama dan lebih menarik. Dengan demikian, pengetahuan yang cukup tentang boraks dan pengaruhnya pada tubuh saat ditambahkan ke dalam makanan sesuai kebutuhan.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur korelasi antara pengetahuan dan penggunaan boraks dalam tahu di pasar tradisional, kota Mataram.
Metode: Ini adalah penelitian observasional menggunakan metode cross-secctional. Sampel untuk penelitian ini adalah 52 penjual tahu di pasar tradisional di kota Mataram. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat dengan uji korelasi Spearman.
Hasil: Hasil analisis bivariat Spearman menunjukkan bahwa p = 0,000 (p <0,05) dan r = 0,710 yang berarti bahwa ada korelasi yang positif (+) kuat. Terdapat 44,23% responden dengan pengetahuan baik, 55,76% responden dengan pengetahuan sedang dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan buruk tentang boraks. Adapun perilaku, 82,69% memiliki perilaku baik, sedangkan 17,31% memiliki perilaku sedang dan tidak ada yang berperilaku buruk.
Kesimpulan: Ada korelasi antara pengetahuan dan perilaku penjual tentang penggunaan boraks dalam tahu. Semakin tinggi pengetahuan tentang boraks dan bahayanya ketika digunakan dalam makanan, semakin baik perilaku penjual, untuk tidak menambahkan boraks ke dalam tahu.
Referensi
2. Cahyadi, W. Analisis dan Apek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara: Jakarta. 2008
3. Sartono. Racun & Keracunan. Widya Medica: Jakarta. 2001
4. Tasu’ah, S. Cara Mudah Membuat Tahu & Tempe. Panca Anugrah Sakti: Jakarta. 2007
5. Alsuhendra & Ridawanti. Bahan Toksik dalam Makanan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 2013
6. Habsah. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku Penambahan Boraks dan Formalin pada Mi Basah di Kantin-Kantin Universitas X Depok Tahun 2012. FK UI: Jakarta. Available at : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318465-S-PDF-Habsah.pdf (Accesed : 19 Februari, 2015) . 2012
7. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta: Bandung . 2008
8. Badan POM. “Serentak Menjaga Keamanan dan Mutu Pangan Selama Ramadhanâ€. Warta POM, Vol. 11 (Juli-Agustus); pp: 1-6. 2013
9. Dahlan, M. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Salemba Medika: Jakarta. 2010
10. Dahlan, S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika: Jakarta. 2010
11. Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005
12. Notoatmodjo, S. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT RINEKA CIPTA: Jakarta, pp. 118-145. 2003
13. Notoatmodjo, S. Ilmu dan Seni Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta: Jakarta, pp. 106-162. 2007
14. Sugiyatmi, S. Analisis Faktor-faktor Risiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks dan Pewarna pada Makanan Jajanan Tradisional yang Dijual di Pasar-pasar Kota Semarang Tahun 2006. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro: Semarang, Available at http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://eprints.undip.ac.id/15326/ (Akses: 1 Juni, 2015) . 2006
15. Notoatmodjo, S. Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta, pp. 43-64. 2005
16. Nurjanah, N. Membuat Tofu, tahu, tempe, dan oncom. Pustaka Bunda. 2007