Aktivitas Antibakteri Ashitaba (Angelica keiskei) terhadap Streptococcus mutans
DOI:
https://doi.org/10.29303/jku.v7i2.180Kata Kunci:
Ashitaba, antibakteri, Streptococcus mutansAbstrak
Latar belakang: Streptococcus mutan merupakan bakteri penyebab awal terbentuknya karies gigi. Salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri adalah Ashitaba (Angelica keiskei) yang banyak ditemui di daerah Sembalun (Lombok Timur). Warga setempat memanfaatkan ashitaba untuk pelengkap makan dan getahnya untuk mempercepat penyembuhan luka.
Metode: Penentuan aktivitas antibakteri menggunakan metode makrodilusi dengan parameter akhir berupa Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Fraksinasi ekstrak menggunakan metode partisi cair-cari dan skrining ï¬tokimia menggunakan metode Kromatograï¬ Lapis Tipis (KLT) dengan folin-ciocalteu sebagai reagen visualisasi.
Hasil: Penelitian yang dilakukan menggunakan ekstrak etanolik ashitaba mendapatkan bahwa KBM ekstrak berada pada 0,5 mg/mL. Ekstrak tersebut kemudian difraksinasi dengan menggunakan pelarut, n-Heksan, etil asetat dan etanol. Hasil uji antibakteri dari 3 fraksi didapatkan bahwa KHM tidak dapat teramati dikarenakan gangguan/bias dari warna fraksi namun KBM dapat teramati pada fraksi N-Hexan (0,125 mg/mL) dan etil asetat (0,5 mg/mL) sedangkan pada hasil fraksi menggunakan etanol 96% tidak teramati adanya KBM.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ashitaba merupakan bahan alam potensial sebagai antibakteri.
Referensi
2. AkihisaT,TokudaH,UkiyaM,IizukaM,Schneider S, Ogasawara K, et al. Chalcones, coumarins, and flavanones from the exudate of Angelica keiskei and their chemopreventive effects. Cancer Letters. 2003;201(2):133–137.
3. Nishimura R, Tabata K, Arakawa M, Ito Y, Kimura Y, Akihisa T, et al. Isobavachalcone, a chalcone constituent of Angelica keiskei, induces apoptosis in neuroblastoma. Biological and Pharmaceutical Bulletin. 2007;30(10):1878–1883.
4. Sembiring BB, Manoi F, et al. Identiï¬kasi mutu tanaman ashitaba. 2011;.
5. InamoriY,BabaK,TsujiboH,TaniguchiM,Nakata K, Kozawa M. Antibacterial activity of two chalcones, xanthoangelol and 4-hydroxyderricin, isolated from the root of Angelica keiskei. Chemical and pharmaceutical bulletin. 1991;39(6):1604–1605.
6. Volk W, Wheeler M. Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto, Edisi Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 1984;p. 30–41.
7. Brotosoetarno S. Peran serta mikroorganisme dalam proses terjadinya karies gigi. Dalam Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 1997;7.
8. VoigtT. BukuPelajaranTeknologiFarmasiEdisiV, Alih Bahasa Noerono, S. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta; 1994.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1986;p. 10–11.
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi Pertama. Departemen Kesehatan RI. 2009;.
11. Saifudin A, Rahayu V, Teruna HY. Standarisasi bahan obat alam. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011;4(21):69–84.
12. Reddish GF. Antiseptics, Disinfectants, Fungicides, and Chemical Physical Sterilization. The United States Of America; 1954.
13. Rios J, Recio M, Villar A. Screening methods for natural products with antimicrobial activity: a review of the literature. Journal of ethnopharmacology. 1988;23(2-3):127–149.
14. Balouiri M, Sadiki M, Ibnsouda SK. Methods for in vitro evaluating antimicrobial activity: A review. Journal of pharmaceutical analysis. 2016;6(2):71– 79.